Konkrit
NHKlangit11.blogspot.com
Konkrit itu sebenarnya bentuk lain dari kata "konkret," yang artinya nyata, jelas, atau bisa dirasakan langsung oleh pancaindra.
Misalnya kalau kamu bilang "batu itu konkrit," artinya batu itu benar-benar ada, bisa dilihat dan disentuh.
Dalam bidang lain seperti teknik sipil atau konstruksi, konkrit (sering disebut "beton") adalah campuran semen, pasir, kerikil, dan air yang mengeras menjadi bahan bangunan kuat.
kalau dalam psikologi, "konkrit" biasanya merujuk ke sesuatu yang nyata, spesifik, dan mudah dipahami langsung — bukan sesuatu yang abstrak atau rumit.
Contohnya:
Anak kecil biasanya berpikir konkrit, artinya mereka memahami hal-hal yang bisa mereka lihat, sentuh, atau alami langsung. Mereka belum bisa memahami ide-ide abstrak seperti "keadilan" atau "kebebasan" secara dalam.
Dalam terapi, kadang-kadang psikolog memberikan contoh konkrit supaya klien lebih mudah mengerti konsep tertentu, misalnya tentang cara mengelola emosi.
Kalau dibuat simpel:
Konkrit = nyata, langsung, gampang dipahami.
Berpikir konkrit & Berpikir abstrak
Berpikir konkrit itu berarti fokus pada hal-hal nyata yang bisa langsung dilihat, disentuh, atau dirasakan.
Sedangkan berpikir abstrak itu lebih ke memahami ide-ide yang tidak kelihatan secara langsung, kayak konsep, teori, atau hal yang sifatnya lebih "di kepala."
Contoh gampangnya:
●Berpikir konkrit:
Anak kecil kalau dengar kata "anjing", dia langsung bayangin hewan berbulu yang menggonggong.
●Berpikir abstrak:
Orang dewasa kalau dengar "anjing" bisa mikir lebih luas, kayak simbol kesetiaan, atau mungkin menghubungkannya ke perasaan tertentu.
Contoh lain:
●Konkrit: "Meja itu dari kayu dan bentuknya persegi." (jelas, bisa dilihat)
●Abstrak: "Meja itu simbol kerja keras orang tua saya." (makna lebih dalam, emosional)
Di psikologi perkembangan, biasanya:
Anak-anak usia dini (sekitar 2–7 tahun) masih berpikir konkrit.
Remaja ke atas mulai bisa berpikir abstrak.
Komentar
Posting Komentar