Majas personifikasi

NHKlangit11.blogspot.com



Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat manusia kepada benda mati, hewan, atau hal-hal abstrak, seolah-olah mereka bisa berpikir, merasa, atau bertindak seperti manusia.

Ciri khas majas personifikasi:

Objeknya bukan manusia (benda mati, alam, hewan, dll).

Diberi tindakan atau sifat manusia (berjalan, menangis, marah, berbicara, dll).

Tujuannya untuk menambah kesan hidup, imajinatif, dan menyentuh emosi pembaca.


Contoh majas personifikasi dan maknanya:

● Angin malam berbisik lembut di telingaku.
- Angin digambarkan bisa "berbisik", padahal itu hanya kiasan suara semilirnya.


● Bintang-bintang menari di langit malam.
- Bintang seolah "menari", padahal hanya tampak berkelap-kelip.


● Mentari pagi tersenyum hangat menyambutku.
- Matahari digambarkan "tersenyum", memberi kesan ramah dan hangat.


● Daun-daun menari ditiup angin.
- Daun diberi sifat manusia "menari", padahal hanya bergerak karena angin.


● Jam weker itu membangunkanku dengan marah.
- Jam digambarkan "marah" karena suaranya nyaring, menyentak.



● Awan hitam berlari menutupi langit.
→ Awan digambarkan bisa "berlari", padahal sebenarnya bergerak karena angin.


● Buku tua itu seakan memanggilku untuk membacanya.
→ Buku diberi sifat "memanggil", memberi kesan daya tarik atau kenangan.


● Langit menangis sepanjang malam.
→ Hujan diibaratkan tangisan langit.


● Pohon-pohon itu melambai ramah saat aku lewat.
→ Daun bergoyang karena angin, digambarkan seperti "melambai".


● Gelombang laut mengamuk menghantam karang.
→ Laut diibaratkan bisa "marah", menggambarkan ombak besar.


● Rembulan mengintip malu di balik awan.
→ Bulan digambarkan seperti manusia yang pemalu.


● Waktu terus mengejarku tanpa ampun.
→ Waktu digambarkan seperti musuh yang terus memburu.


● Api menari-nari di atas kayu bakar.
→ Api digambarkan sedang "menari", padahal berkobar.


● Hujan mengetuk jendela kamar dengan lembut.
→ Tetes hujan diibaratkan mengetuk seperti manusia.


● Bayangan malam memelukku dalam sepi.
→ Malam digambarkan bisa "memeluk", memberi suasana emosional.


● Sepatu itu sudah lelah menemaniku seharian.
→ Sepatu digambarkan bisa "lelah", seperti manusia yang kelelahan.


● Mentari mencium pipiku pagi ini.
→ Sinar matahari digambarkan seperti "mencium", memberi kesan hangat.


● Jalan itu menyambut langkahku pulang.
→ Jalan digambarkan seolah ramah dan penuh kehangatan.


● Kabut menyelimuti kota dengan penuh misteri.
→ Kabut digambarkan seperti selimut manusia.


● Hening malam berbicara dalam kesunyian.
→ Kesunyian digambarkan bisa "berbicara", menambah suasana puitis.


● Hati kecilku berteriak menahan rindu.
→ Hati diberi kemampuan "berteriak", mengekspresikan emosi mendalam.


● Cahaya lampu menari di atas genangan air.
→ Pantulan cahaya digambarkan seperti "menari".


● Jam dinding menatapku penuh cemas.
→ Jam diberi kemampuan seperti manusia, "menatap" dan "cemas".


● Bunga itu tersenyum menyambut pagi.
→ Bunga digambarkan seperti "tersenyum", memberi kesan ceria.


● Angin mencubit pipiku dengan nakal.
→ Angin digambarkan seperti anak nakal yang mencubit, padahal itu dinginnya angin.


● Petir menjerit membelah langit malam.
→ Petir digambarkan "menjerit", padahal itu suara guntur yang keras.


● Langit merona malu saat senja tiba.
→ Langit diberi sifat manusia "malu", menggambarkan warna kemerahan saat senja.


● Buku-buku itu berbisik di rak meminta dibaca.
→ Buku digambarkan seperti bisa bicara dan minta perhatian.


● Kereta tua itu mengeluh kelelahan di stasiun.
→ Kereta digambarkan bisa "mengeluh", padahal hanya berbunyi berderak.


● Sungai itu menyanyikan lagu alam yang tenang.
→ Suara arus sungai digambarkan seperti "lagu" yang menenangkan.


● Embun pagi membelai lembut dedaunan.
→ Embun digambarkan seperti tangan manusia yang "membelai".


● Badai memeluk bumi dengan buas.
→ Badai diibaratkan seperti makhluk buas yang menyerang bumi.


● Bayu sore membisikkan kenangan lama.
→ Angin sore digambarkan bisa "berbisik", memberi kesan nostalgia.


● Pena itu menari di atas kertas putih.
→ Pena digambarkan seperti sedang "menari", padahal itu gerakan menulis.


● Gunung itu berdiri gagah melindungi desa.
→ Gunung diibaratkan seperti penjaga yang kokoh.


● Rintik hujan bercerita tentang rindu.
→ Hujan digambarkan seperti menyampaikan perasaan.


● Batu jalan itu menertawakan langkahku yang tersandung.
→ Batu diberi sifat "menertawakan", untuk memberi kesan malu atau lucu.


● Cermin menegur wajahku yang kusut.
→ Cermin digambarkan seperti bisa memberi komentar atau menegur.


● Kabut pagi menari-nari di atas sawah.
→ Kabut digambarkan bergerak indah seperti menari.


● Pintu itu mengerang saat dibuka paksa.
→ Pintu diberi suara "mengerang", seperti manusia kesakitan.


● Matahari menampar kulitku dengan panasnya.
→ Sinar matahari digambarkan seperti "tamparan", menunjukkan panas terik.


● Jendela kamar tersenyum saat aku membukanya.
→ Jendela diberi sifat "tersenyum", menunjukkan kehangatan pagi.


● Sepi memelukku erat di malam yang sunyi.
→ Sepi digambarkan seperti makhluk yang bisa memeluk.


● Gitar tua itu menangis saat dipetik.
→ Suara gitar digambarkan seperti tangisan, memberi kesan emosional.


● Bayangan senja berjalan perlahan meninggalkan hari.
→ Senja digambarkan seperti manusia yang "berjalan pergi".



● Jam alarm itu berteriak membangunkanku dari mimpi.
→ Jam digambarkan seperti bisa "berteriak", menunjukkan bunyinya yang keras.


● Halaman-halaman buku itu berlari cepat di tanganku.
→ Halaman digambarkan seperti "berlari", menggambarkan membaca dengan cepat.


● Langit mengerutkan dahi sebelum hujan turun.
→ Langit berawan digambarkan seperti manusia yang cemas atau berpikir.


● Kabut turun dan membungkus kota dalam diam.
→ Kabut digambarkan seperti selimut yang "membungkus".


● Kompor itu mengaum saat dipanaskan.
→ Kompor mengeluarkan suara besar, digambarkan seperti "mengaum".


● Bintang-bintang berbisik tentang rahasia malam.
→ Bintang digambarkan seperti bisa membisikkan cerita.


● Pohon tua itu menangis saat angin merobek daunnya.
→ Pohon digambarkan seperti bisa menangis, menunjukkan suasana pilu.


● Cahaya pagi menyapu gelap malam perlahan.
→ Cahaya digambarkan seperti penyapu yang menghapus kegelapan.


● Tirai jendela melambai menyambut angin.
→ Tirai digambarkan seperti melambaikan tangan.


● Asap menari ke langit dengan anggun.
→ Asap digambarkan seperti penari yang bergerak ke atas.


● Pintu tua itu mengeluh setiap kali dibuka.
→ Pintu berbunyi berderit, digambarkan seperti "mengeluh".


● Awan menggembung seperti wajah cemberut.
→ Awan mendung digambarkan seperti ekspresi manusia.


● Senja mengantar matahari pulang ke peraduannya.
→ Senja digambarkan seperti teman yang mengantar pulang.


● Daun-daun bergumam dalam irama angin.
→ Suara gesekan daun digambarkan seperti gumaman.


● Gitar itu bicara lewat senarnya.
→ Gitar digambarkan seperti berbicara melalui bunyinya.


● Langit membuka matanya perlahan saat fajar datang.
→ Langit digambarkan seperti manusia yang bangun tidur.


● Kursi tua itu memeluk tubuhku dengan nyaman.
→ Kursi diberi sifat manusia "memeluk", menunjukkan rasa nyaman.


● Lilin itu menangis dalam gelap.
→ Lelehan lilin digambarkan seperti air mata.


● Bayi mentari menyembul malu dari balik bukit.
→ Matahari pagi digambarkan seperti bayi yang baru lahir.


● Kesunyian mengejek langkah kakiku yang ragu.
→ Kesunyian digambarkan bisa "mengejek", menambah kesan emosional.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti lirik atau makna dari lagu alan walker on my way

Berbagai teknik pencelupan kain dan cara kerjanya

Jenis jenis sertifikasi yang ada untuk produk tekstil